Beberapa hari yang lalu, kita disuguhi aksi yang menarik oleh mahasiswa YAI dan UKI. Calon pemimpin-pemimpin bangsa ini melakukan tindakan tawuran, yang mengakibatkan macetnya jalanan, perusakan fasilitas umum dan membuat masyarakat di sekitarnya merasa ketakutan. Ironis memang, masih menjadi mahasiswa saja sudah melakukan tindakan yang merugikan, apalagi kalau mereka akhirnya jadi pejabat, mau jadi apa negara ini.
Mungkin pertanyaan ini tidak perlu dijawab, karena sudah pasti akan menjadi negara yang penuh dengan masalah, seperti sekarang ini.
Masalah yang menjadi pemicu tawuran memang belum diketahui secara jelas, namun apapun alasannya, apakah kekerasan harus menjadi jawabannya. Bukankah kita telah mendapatkan pelajaran ilmu moral sejak tingkat SD, bahkan sejak sebelum sekolah, semua orang tua pasti mengajarkan pada anak-anaknya untuk saling menyayangi.
Pada tahun 1991, ketika saya masih SD, saya ingat betul ada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). SMP berubah menjadi PPKn, sedangkan sekarang berubah menjadi PKn. Nama pelajarannya memang sering berubah, namun apa yang diajarkan pasti tetap aturan-aturan yang harus dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan tidak terjadi perselisihan.
Tawuran mestinya tidak perlu terjadi seandainya para pelaku tidak memiliki waktu senggang. Atau mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang berguna. Mahasiswa yang berprestasi hampir tidak pernah melakukan kegiatan yang merugikan orang lain karena mereka memang tidak punya waktu untuk itu. Jadi apakah salah jika saya katakan mahasiswa yang tawuran adalah mahasiswa yang bodoh?
PENS-ITS, UNAIR, ITS, PETRA, UPH, UI adalah beberapa perguruan tinggi yang hampir tidak pernah membuat kegiatan yang merugikan orang lain. Yang lebih sering kita dengar adalah prestasi mereka.
Hentikan kebodohan dan kekerasan mahasiswa, mari kita lakukan hal yang baik untuk masa depan bangsa dan negara.
Salam Salut dan Simpatik untuk PRITA, semoga kasus anda tidak menimpa saya ataupun yang lainnya, yang hanya ingin pendapatnya didengar.