Selasa, 26 Mei 2009

Pendidikan Gratis untuk SD dan SMP, Mau?

Sebelumnya Salut untuk pemerintahan pak SBY, banyak program yang pro-rakyat, contohnya Pendidikan Gratis untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Didalam persaingan global, memang pendidikan mutlak dibutuhkan. Tapi apakah benar pendidikan gratis menjadi Solusi?

Ada pepatah yang mengatakan "Ada harga, ada Rupa". Mungkin maksudnya, kualitas yang diterima sebanding dengan harga yang telah dibayarkan. Disinilah, mengapa Saya meragukan kualitas Pendidikan gratis. Ditengah persaingan Sekolah untuk mendapatkan status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dan SBI ( Sekolah Bertaraf Internasional), Sekolah Gratis harus berjuang dengan senjata ala kadarnya.

RSBI dan SBI boleh meminta pungutan yang jumlahnya cukup besar kepada calon muridnya. Ada cerita dari teman, bahwa jika dia ingin anaknya di terima di RSBI di salah satu SMA di Gresik, harus menyediakan uang 10 juta, karena anaknya hanya ada di posisi cadangan, bandingkan nominal itu dengan sekolah gratis.

Kebutuhan Sekolah juga meningkat, baik untuk sarana dan prasarana. Bayangkan sebesar apa ilmu yang dapat diserap oleh siswa, jika 1 komputer harus digunakan untuk 5-10siswa dan harus melawan listrik mati, karena kurang daya. Kejadian ini bisa kita temukan di sekolah-sekolah pinggiran.

Tempo hari, pemerintah juga memberikan beasiswa kepada guru-guru yang telah lolos dari tes untuk mengikuti pendidikan S-2, dan setelah mereka lulus akan di tempatkan ke SBI dan RSBI, kok bukan Sekolah Biasa?

Tapi saya percaya pada pemerintah, ini masih terlalu awal jika di kritik. Mungkin nanti bukan hanya biaya pendidikan yang digratiskan, namun juga biaya pengadaan sarana dan prasarana. Sehingga, pendidikan gratis akan benar-benar dirasakan manfaat didikan dan ilmunya untuk masyarakat kecil..

LANJUTKAN.. ( he he, bukan berarti nanti aku milih pak SBY lho.., yang lanjutkan itu pendidikan gratisnya)


Kamis, 14 Mei 2009

Pilihan Presiden 2009, milih Sapa?

Semakin mendekati hari H, situasi politik di Indonesia semakin memanas. Semua ingin menjadi presiden, karena anggapan bahwa Wakil Presiden itu hanya pemanis. Sudah ada tiga pasangan Capres dan Cawapres yang siap untuk melaju di pemilihan presiden nanti.

Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono
Jusuf Kalla - Wiranto
Megawati Prabowo



Untuk Koalisi yang dibentuk oleh partai Demokrat terancam bubar, pasalnya cawapres yang diusung pak SBY, bukan dari Parpol. Bahkan Pak Amin Rais sempat mengatakan bahwa pak SBY terlalu sombong, karena ada opini bahwa SBY dipasangkan dengan Sandal Jepit pun pasti menang. Lalu, apakah ini sindiran untuk Boediono bahwa dia adalah Sandal Jepit? Hanya Tuhan yang tahu.

Sebenarnya, tingkah elite politik kita sangat memalukan, di suatu waktu saling menjelekkan di waktu yang lain saling berpelukkan. Harga diri dan tujuan utama bisa diubah demi koalisi.

Sebagai masyarakat awam, saya ingin tahu, apa sih enaknya jadi presiden? Apa karena bisa memperjuangkan hak rakyat? Apa di jaman seperti ini masih ada orang yang seperti itu? Untuk menjadi Caleg saja, ada yang berkorban hingga 1 Milyar, itu uang siapa?..

Yang jelas, masyarakat sekarang sudah menjadi lebih pintar dan bijak dalam menentukan pilihan. Tapi, siapapun yang terpilih nanti, kita berharap dapat melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Dan ingat, semua akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

Jangan Gol Put!!!

Rabu, 13 Mei 2009

Ujian Nasional = Kualitas?

Semua siswa tingkat akhir baik dari jenjang pendidikan SMA, SMP maupun SD, telah menyelesaikan Ujian Nasional, dan kini semua berdoa untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga dinyatakan lulus. Standar kelulusan untuk tingkat SMA dan SMP adalah 5,5. Sedangkan untuk SD, mereka masih bisa berlega hati, karena kelulusan siswa di tentukan oleh sekolah beserta rapat komite. Tapi apakah benar siswa yang lulus adalah siswa yang berkualitas?



Sebelum ujian dimulai, para siswa menampakkan wajah yang tegang dan berdoa dengan sungguh-sungguh, tentunya bukan hanya untuk dapat mengerjakan soal dengan mudah, tapi juga agar mendapatkan pengawas ruang yang pengertian dan memberikan kemudahan dalam contek-menyontek. (Coba saja anda tanya pada mereka!!)

Disisi lain, para pengawas ujian sendiri juga menghadapi dilema, jika mereka cukup ketat dalam menjada ujian, ditakutkan akan banyak siswa yang tidak lulus, tapi jika membiarkan terjadi kecurangan, tentunya pertanggungjawaban terhadap mutu pendidikan pada umumnya dan terhadap Tuhan pada khususnya, karena tindakan kecurangan dalam bentuk apapun pasti di benci olehNYa.

Siswa juga mengalami dilema yang tak kalah seru. Pada dasarnya, mereka ingin lulus tanpa melakukan kecurangan, hanya saja mereka juga ingin membahagiakan dan tidak membuat malu keluarga. Tekanan inilah sebenarnya yang harus kita ubah.

Cara pandang masyarakat terhadap siswa yang tidak lulus lebih banyak merendahkan daripada memberi dukungan moral. Setiap orang tua menuntut anaknya mendapatkan nilai yang baik, tanpa peduli apakah sang anak mampu atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh saja acara arisan, sering kita jumpai ibu-ibu saling membandingkan anak mereka.

Anak memang selalu menjadi tumpuan harapan kebanggaan bagi semua orang tua, untuk memberikan pandangan bahwa Ujian Nasional adalah suatu pertandingan dan dalam pertandingan ada yang menang dan yang kalah. Semoga pemerintah lebih berpikir keras dalam mencari jalan terbaik untuk menentukan kelulusan. Karena pemaksaan standart yang tinggi hanya akan memberikan pelajaran tambahan untuk siswa yaitu mata pelajaran CURANG..


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Flowers and Decors. Powered by Blogger